The
purpose of this reasearch is to describe the effectiveness of Closed Suction
System(CSS) to prevent VAP using
clinical pulmonary infection score (CPIS). The research method used is Quasi-Experiment with post test reseach
design. The research was conducted at Awal Bros Hospital. The total responden
in the research 30 respondents who were divided into two groups: group CSS as many as 15 people and groups
Open Suction System (OSS) as many as 15 people. Sampling technique of purposive
sampling. The data was by Chi-Squaret. The studys showed that there is not significan differences
betweenCSS and OSS( p: 0.203). Based on the result of study, the reasercher suggested that for
future reseacher have to add more the total responden and make homogen of
characteristic of resppondent. Key words: Closed suction system, open suction system,
nosokomial infection VAP Bibliography: 32 (2002-2012)
PENDAHULUAN
Penggunaan
ventilasi mekanik menimbulkan efek samping dan komplikasi,salah
satunya adalah infeksi jalan nafas. Infeksi
jalan nafas yang berhubungan dengan
pemakaian ventilator dikenal dengan Ventilator Assisted Pneumonia (VAP) (Jones,
2009). Hal ini diakibatkan salah satunya karena tindakan suction yang dilakukan
untuk mempertahankan efektifnya jalan nafas, merangsang batuk, membersihkan
sekret pada pasien yang terpasang endotracheal tube (Smith, 2004). Tindakan
suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan
selang kateter suction melalui selang endotracheal. Selang kateter suction yang
digunakan ada dua tipe yaitu Closed Suction System (CSS) dan Open Suction System
(OSS). Penggunaan CSS digunakanpada pasien yang terpasang endotracheal atau
ventilator, terutama dalam pencegahan hipoxemia dan infeksi nosokomial VAP (Ozcan,
2006).Closed Suction System digunakan untuk mencegah kontaminasi udara luar, kontaminasi pada petugas dan pasien, mencegah
kehilangan suplai udara paru, mencegah terjadinya hipoksemia, mencegah penurunan
saturasi oksigen selama dan sesudah melakukan suction, menjaga tekanan positive
pressure ventilasi dan PEEP, terutama pasien yang sensitif bila lepas dari ventilator
seperti pasien apnoe atau pasien yang butuh PEEP tinggi (Masry, 2005). Secara
unit cost menggunakan Closed Suction System (CSS) lebih efektif Open Suction System (OSS) karena tidak
memerlukan dua tenaga, tidak menggunakan glove steril, dan tidak sering menganti
kateter suction. (Rabitsch, 2004).Pneumonia nosokomial menduduki urutan ke-2
sebagai infeksi nosokomial di Rumah Sakit di Amerika Serikat. Angka kejadian pneumonia
nosokomial berkisar 5-10 kasus per 1000 pasien, angka kejadian meningkat 6-20
kali pada pasien yang terpasang ventilator, angka kematian berkisar 20-50%.
Angka kejadian pneumonia nosokomial 5-10 per 1000 pasien di Jepang, angka
kejadian pneumonia karena pemasangan ventilator berkisar 20-30%. Kejadian
infeksi nosokomial karena ventilator secara nasional belum ada di Indonesia,
yang ada hanya data dari beberapa rumah sakit swasta atau pemerintah dan
angkanya masih bervariasi (PDIP, 2003).Pasien ICU terutama yang terpasang alat
invasif seperti ventilator, mudah terjadinya infeksi nosokomial VAP, sehingga
perlu prinsip kesterilan, penggunaan alat dan tindakan keperawatan yang tepat
dalam bekerja. Berdasarkan penjelasan tentang keuntungan penggunaan closed suction
system, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas
penggunaan closed suction system dalam mencegah infeksi nosokomial VAP pada pasien
yang terpasang ventilator. Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru adalah tempat yang peneliti
pilih dalam melakukan riset, dikarenakan Rumah Sakit Awal Bros merupakan rumah
sakit swasta terbesar dan terlengkap di Pekanbaru yang memiliki jumlah pasien
yang cukup banyak. Infeksi nosokomial saluran pernafasan merupakan masalah yang
sering terjadi pada pasien yang
menggunakan ventilator di ruang ICU (Rabitsch, 2004), sehingga perawat perlu penggunaan
alat yang tepat untuk mencegahnya, Namun belum ada referensi yang menentukan
seorang perawat supaya penggunaan CSS atau OSS. Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka rumusan permasalahan dari penelitian adalah Apakah“Efektif
penggunaan closed suction system dalam pencegahan infeksi nosokomial ventilator
assisted pneumonia (VAP) pada pasien dengan ventilator”.Tujuan penelitian
adalah Mengidentifikasi kejadian infeksi nosokomial VAP setelah penggunaan
closed suction system pada pasien terpasang ventilato. Mengidentifikasi
kejadian infeksi nosokomial VAP setelah penggunaan open suction system pada
pasien terpasang ventilator. Mengidentifikasi keefektifan closed suction system
terhadap pencegahan infeksi nosokomial VAP pada pasien terpasang ventilator.
METODELOGI
PENELITIAN
Desain
penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi sebelum
perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003). Penelitian ini menggunakan
Quasiexperimental dengan rancangan post test design, rancangan ini melibatkan
kelompok eksperimen menggunakan closed suction system dan kelompok kontrol
menggunakan open suction system. Kedua kelompok dilakukan post test setelah 3
hari pemakaian ventilator, untuk melihat kejadian infeksi nosokomial VAP
(Notoatmodjo, 2010). Melalui desain ini dapat dilihat bagaimana keefektifan
penggunaan closed suction system dalam mencegah terjadinya infeksi nosokomial
VAP pada pasien dengan Ventilator. Penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh pasien yang terpasang ventilator di ruang ICU Rumah Sakit Awal Bros
Pekanbaru. Data jumlah pasien yang terpasang ventilator bulan November dan Desember
2012 berjumlah 30 pasien.Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang
memiliki karakteristik tertentu yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Penelitian
ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien yang terpasang ventilator di ruang
ICU Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Data jumlah pasien yang terpasang
ventilator bulan November dan Desember 2012 berjumlah 30 pasien.Pengambilan
sampel pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dari populasi yang sesuai dengan keinginan peneliti
berdasarkan tujuan ataupun masalah penelitian serta karakteristik subjek yang diinginkan
(Nursalam, 2003). Teknik pengambilan sampel dilakukan atas dasar pertimbangan
waktu, keterbatasan biaya, tenaga, dan tempat. Peneliti mengambil sample
sebanyak 30 orang, perlakukan pertama pada 15 kelompok eksperimen menggunakan
closed suction system dan perlakuan kedua pada 15 orang kelompok kontrol
menggunakan open suction system sesuai dengan teori Burn danGrove, 2005. Dalam
melakukan pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan alat ukur dengan
lembar observasi. Lembar observasi berisi tentang ada atau tidaknya kejadian
infeksi nosokomial VAP. Hal-hal yang diobservasi adalah suhu tubuh, leukosit
darah, sekret trakhea,oksigenasi/PaO2, Ro thorax, dan kultur sputum bila
ditemui gejala klinis. Skor dari lembar observasi dikatakan terjadi infeksi nosokomial
VAP bila skornya > 6 (Jones &
Fix, 2009).Pada analisa ini digunakan uji non parametrik Chi-Square. digunakan
untuk mengetahui efektifitas closed suction system (kelompok eksperimen) dan
open suction system (kelompok kontrol) dalam mencegah infeksi nosokomial pada
pasien terpasang ventilator. Derajat kemaknaan (α) yang digunakan pada uji ini
adalah 0,05. Bila uji statistik didapatkan p value < α (0,05), maka penggunaan
System Closed Suction efektif dalam mencegah infeksi nosokomial pada pasien
terpasang ventilator (Hastono, 2007).
PEMBAHASAN
Menggunakan
uji Chi-Square pada kelompok closed suction system dan open suction system
dengan tingkat kepercayaan 95%, diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan
antara penggunaan closed suction system dan open suction system terhadap kejadian
infeksi nosokomial ventilator asissted pneumonia VAP, sehingga dapat disimpulkan
bahwa closed suction system tidak lebih efektif dari open suction systemdalam
mencegah infeksi nosokomial ventilator assisted pneumonia pada pasien dengan
ventilator. Pada penelitian ini berbeda dengan konsep penelitian sebelumnya.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh singkatnya hari rawat pasien, jumlah pasein
yang digunakan sebagai responden, selain itu berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan bahwa semua perawat ICU komitmen terhadap teknik steril saat
melakukan suction pada pasien yang menggunakan open suction system, selain itu
juga karena adanya penggunaan antibiotik pada seluruh responden dimulai dari
awal perawatan. Dilihat dari segi cost effective berdasarkan penelitian tentang
keuntungan penggunaan closed suction system yang dilakukan oleh Sugiyanto dan
Lanjar, 2000, melalui analisa biaya-mamfaat secara normatif dengan standarisasi
biaya operasional untuk 1 minggu masing-masing kateter mempunyai tingkat coct
effektive berbeda, dimana penggunaan closed suction system memberikan tingkat
cost effectiveness yang lebih baik dibandingkan dengan open suction system.
KESIMPULAN
Setelah
dilakukan penelitian tentang “Efektifitas penggunaan closed suction system
dalam mencegah kejadian infeksi nosokomial VAP pada pasien dengan ventilator”,
maka dapat disimpulkan bahwa kejadian VAP tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis
kelamin, baik menggunakan closed suction system dan open suction system. Kejadian
VAP dengan penggunaan closed suction system sebanyak 2 orang (13,3%) dan kejadian
VAP dengan menggunakan open suction system adalah 5 orang (33.3%).Hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p = 0,195berarti pada
alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata jumlah kejadian
VAP menggunakan closed suction system dengan open suction system, dimana closed
suction system tidak lebih efektif dari open suction system.
Daftar
Pustaka
Timby,
K. B. (2006) Perawatan medikal bedah. vol 4, Jakarta: ECG.
Wahyono.
(2010). Hubungan antara pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan
pelaksanaan dalam melakukan tindakan suction. Journal EBSCO. Diperoleh 10 Juni 2012
dari jtptunimus-gdlwiyotog2a2-5560-bab I pdf.
Wiryana,
M. (2007). Ilmu penyakit dalam. Vol 8, No. 3. Jakarta: FKUI
0 Comments:
Post a Comment