BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis),
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu
pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang
saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan
uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya
stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu
uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan
perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di
negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan
ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk
menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan
dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang kelompok kami angkat dalam makalah
ini adalah:
1). Apakah yang dimaksud dengan Urinary calculi (Batu
Ginjal)?
2). Bagaimanakah etiologi dari Urinary calculi
(Batu Ginjal)?
3). Bagaimanakah manifestasi klinis dari Urinary
calculi (Batu Ginjal)?
4). Bagaimanakah patofisiologi Urinary calculi
(Batu Ginjal)?
5). Bagaimana komplikasi dari Urinary calculi
(Batu Ginjal)?
6). Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien
Urinary calculi (Batu Ginjal)?
1.3 Tujuan
1). Memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan
gejala yang muncul pada penyakit Urinary calculi (Batu Ginjal).
2). Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja
untuk perawatan pasien penderita Urinary calculi (Batu Ginjal).
3). Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk
pasian penderita Urinary calculi (Batu Ginjal).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis).
2.2 Etiologi
Urinary Calculy (Batu Ginjal)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1). Faktor intrinsik, meliputi:
Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke
generasi.
Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak
dibanding pasien wanita.
2). Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone
belt (sabuk batu).
Iklim dan temperatur.
Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral
kalsium dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu saluran kemih.
Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih
adalah:
1). Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine
karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang
berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga
akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing
saluran kemih.
2). Teori matriks: Matriks organik terdiri atas
serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat
mengendapnya kristal-kristal batu.
3). Penghambat kristalisasi: Urine orang normal
mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat,
pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau
beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran
kemih.
2.3 Patofisiologi Urinary
Calculy (Batu Ginjal)
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa
obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih
bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada
batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan
infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen
(gagal ginjal).
2.4 Jenis- jenis
Batu Ginjal
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
1). Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat)
paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih.
Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24
jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria
renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti
pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24
jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi
makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk
sitrun dan sayuran hijau terutama bayam.
Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24
jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari
konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat
atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam
jangka waktu lama.
Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium
bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine
magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga
mencegah ikatan dengan kalsium ddengan oksalat.
2). Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena
terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp.,
Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat
menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis
urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium,
amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan
karbonat apatit.
3). Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran
kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein
dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan
salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang
besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu
asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari
atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
2.5 Gambaran
Klinik dan Diagnosis
Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu,
besar batu dan penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin
didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang
sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine
dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.
Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit,
hematuria dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine
mungkin menunjukkan adanya adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani
pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit yang diduga sebagai
penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium, oksalat, fosfat maupun
urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan
adanya batu radio-opak dan paling sering dijumpai di atara jenis batu lain.
Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai
keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu
semi opak atau batu non opak yang tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV seperti pada keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun
dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal atau
buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis atau
pengkerutan ginjal.
2.6 Gejala Urinary
Calculy (Batu Ginjal)
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan
gejala. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut
bagian bawah.
Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalisbisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya
di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut,
daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung,
demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering
berkemih, terutama ketika batu melewati ureter.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu
menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang
terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini
berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal,
menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
2.7 Asuhan
Keperawatan
1). Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik: berdasarkan
klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
Aktivitas/istirahat:
Gejala : Riwayat pekerjaan monoton,
aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik
lainnya (cedera serebrovaskuler, tirah baring lama)
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD, HR (nyeri,
ansietas, gagal ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
Eliminasi
Gejala : Riwayat ISK kronis,
obstruksi sebelumnya
Penurunan volume urine
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda : Oliguria, hematuria, piouria
Perubahan pola berkemih
Makanan dan cairan:
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan
abdomen
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdomen,
penurunan/tidak ada bising usus
Muntah
Nyeri dan kenyamanan:
Gejala : Nyeri hebat pada fase akut
(nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal menimbulkan
nyeri dangkal konstan)
Tanda : Perilaku berhati-hati, perilaku
distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
Keamanan:
Gejala : Penggunaan alkohol
Demam/menggigil
Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala : Riwayat batu saluran kemih
dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2). Diagnosa Keperawatan
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral,
taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah
(iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca
obstruksi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
3). Intervensi Keperawatan
Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral,
taruma jaringan, edema dan iskemia seluler.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan
penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN,
gelisah, meringis, merintih, menggelepar.
|
Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan
batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia
sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas.
|
2
|
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada
staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.
|
Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan
pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan
koping klien dalam menurunkan ansietas.
|
3
|
Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase
ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)
|
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
|
4
|
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik
|
Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot
|
5
|
Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai
indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas
toleransi jantung.
|
Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan
lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu
selanjutnya.
|
6
|
Perhatikan peningkatan/menetapnya keluhan nyeri abdomen.
|
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah
akut.
|
7
|
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
Analgetik,
Antispasmodik,
Kortikosteroid
|
Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama
episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi
otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan
nyeri.
Mungkin digunakan untuk menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.
|
8
|
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan
|
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko
peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
|
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat
adanya keluaran batu
|
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi
|
2
|
Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
yang terjadi
|
Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan
eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.
|
3
|
Dorong peningkatan asupan cairan.
|
Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris
dan membantu lewatnya batu
|
4
|
Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat
kesadaran
|
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada SSP
|
5
|
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN,
kreatinin)
|
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan
disfungsi ginjal
|
6
|
Berikan obat sesuai indikasi:
Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim)
Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon
(Higroton)
Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika)
Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim)
Antibiotika
Natrium bikarbonat
Asam askorbat
|
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan
pembentukan batu asam.
Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu
kalsium.
Menurunkan pembentukan batu fosfat
Menurnkan produksi asam urat.
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama
pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan
batu.
Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay pembentukan
batu alkalin
|
7
|
Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral,
uretral atau nefrostomi).
|
Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.
|
8
|
Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi
|
Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan
mencegah pembentukan batu selanjutnya
|
9
|
Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi
|
Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk
mengeluarkan batu.
|
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah
(iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca
obstruksi.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Awasi asupan dan haluaran
|
Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
|
2
|
Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.
|
Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik
ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan
lambung.
|
3
|
Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari
|
Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga
dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar.
|
4
|
Awasi tanda vital
|
Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
|
5
|
Timbang berat badan setiap hari
|
Peningkatan BB yang cepat mungkin berhubungan dengan
retensi.
|
6
|
Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit.
|
Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.
|
7
|
Berikan cairan infus sesuai program terapi.
|
Mempertahankan volume sirkulasi (bila asupan per oral
tidak cukup)
|
8
|
Kolaborasi pemberian diet sesuai keadaan klien
|
Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas saluran cerna,
mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
|
9
|
Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya
Proklorperasin/ Campazin).
|
Antiemetik mungkin diperlukan untuk menurunkan
mual/muntah.
|
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi b/d kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi,
keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Tekankan pentingnya memperta-hankan asupan hidrasi 3-4
liter/hari
|
Pembilasan sistem ginjal menurunkan kesemapatan stasis
ginjal dan pembentukan batu.
|
2
|
Kaji ulang program diet sesuai indikasi
|
Jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan tipe batu
yang ditemukan
|
3
|
Diet rendah purin
|
Idem
|
4
|
Diet rendah kalsium
|
Idem
|
5
|
Diet rendah oksalat
|
Idem
|
6
|
Diet rendah kalsium/fosfat
|
Idem
|
7
|
Diskusikan program obat-obatan, hindari obat yang dijual
bebas
|
Idem.
|
8
|
Jelaskan tentang tanda/gejala yang memerlukan evaluasi
medik (nyeri berulang, hematuria, oliguria)
|
Obat-obatan yang diberikan bertujuan untuk mengoreksi
asiditas atau alkalinitas urine tergantung penyebab dasar pembentukan batu
|
9
|
Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap luka insisi dan
kateter bila ada
|
Meningkatakan kemampuan rawat diri dan kemandirian.
|
4). Implementasi Keperawatan
Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan
pada saat itu. Dan catat apa pun yang telah anda lakukan pada pasien.
5). Evaluasi Keperawatan
Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien
mulai membaik. Hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk,
intervensi harus mengalami perubahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan
sebelumnya adalah:
Batu di dalam saluran kemih (Urinary Calculi) adalah massa
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Patofisiolofi dari batu ginjal di mulai dari Infeksi è
Pielonefritis è Ureritis è Sintitisè Hidronefrosis è Hidroureter è Pionefrosis
è Urosepsis.
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan
sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersipkan pasien menjalani
pemeriksaan foto PIV.
Terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala.
Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupuntubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat).
Asuhan Keperawatan pada pasien batu ginjal dimulai dari
pengkajian sampai tahap evaluasi.
3.2 Saran
Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah
pentingnya adalahupaya mencegah timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu
saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun
batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan
adalah:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi
urine 2-3 liter per hari
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Aktivitas harian yang cukup
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi
kekambuhan adalah:
Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium
urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
Rendah oksalat
Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuria
Rendah purin
Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria
absorbtif type II
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi.3.Jakarta: EGC
cre : ’06 PSIK USK